Kamis, 04 September 2014

Tapak Kilas Lahirnya Mading DEMANGAN NEWS (PPSMCH)




            Maju mundurnya suatu  bangsa bisa ditinjau dengan kebiasaan baca dan menulisnya. Jepang, amerika, dan singapura mereka semua maju tak lain karena minat baca yang mereka miliki sangat tinggi. Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca masyarakat kita sebagaimana terwakili oleh anak-anak dalam beberapa penelitian di atas dibiarkan sampai pada suatu saat tetap status quo maka dalam persaingan global kita akan selalu ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-negara maju lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi segala persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan kemampuan membaca.
            Pengalaman pahit telah menerpa bangsa kita pada pertengahan tahun dalam bulan Juli 1997. Akibat krisis moneter yang melanda kawasan Asia Tenggara dan Kawasan Asia Timur maka ekonomi kita telah tercabik-cabik.
            Perkelanaan krisis ekonomi kita terlalu panjang waktunya bila dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia Tenggara dan kawasan Asia Timur. Korea Selatan, Thailand, Malaysia dan Singapura, mampu mengatasi krisis ekonomi bangsanya relatif dalam waktu pendek hanya sekitar 2 – 3 tahun saja. Mereka telah mempunyai SDM yang kompetitif, unggul, kreatif, siap menghadapi segala bentuk perubahan sosial, ekonomi, politik, budaya dan lainnya. Mereka telah siap jauh-jauh waktu sebelum diberlakukanya perdagangan bebas kawasan ASEAN tahun 2003 yaitu Asean Free Trade Area (AFTA) atau perdagangan bebas dalam kawasan Asia Pasifik yaitu Asia Pacific Ekonomic Cooperation (APEC) yang akan dimulai pada tahun 2020 mendatang. Kesiapan SDM Unggul itulah sebagai kunci kemampuan suatu bangsa dalam menghadapi segala bentuk tantangan  baik dari dalam maupun dari luar.
            Kemampuan membaca (Reading Literacy)  anak-anak Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, bahkan dalam kawasan ASEAN sekali pun. International Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30.
            Data di atas relevan dengan hasil studi dari Vincent Greannary yang dikutip oleh Worl Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan “Education in Indonesia From Cricis to Recovery“ tahun 1998. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI Sekolah Dasar kita  hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7 setelah Filipina yang memperoleh nilai 52,6 dan Thailand dengan nilai 65,1 serta Singapura dengan nilai 74,0 dan Hongkong yang memperoleh nilai 75.5.
            Melihat urian diatas, Maka pimred Al-Azhar beserta crew yang lain sangat ingin memajukan pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil dengan  minat baca dan tulis-menulis kawan-kawan. Jadi lahirnya Demangan News tak lain sebagaimana yang telah teuraikan untuk memajukan  pondok pesantren Syaichona Moh. Cholil. Dan juga  adanya Demangan News merupakan wadah kreasi bagi kawan-kawan. Sementara hubungan antara Al-Azahar dengan Demangan News tak ubahnya seperti seorang kakak dan adik yang selalu setia menemani kawan-kawan.
                                                                                               
                                                                                                               Ttd.
                                                                                                            AS’AD
                                                                                    Pimpinan redaksi Demangan News


0 komentar:

Posting Komentar